RAMADAN DAN SAATNYA ME-RESET CARA HIDUP KITA

RAMADAN DAN SAATNYA ME-RESET CARA HIDUP KITA

RAMADAN DAN SAATNYA ME-RESET CARA HIDUP KITA #3

By : Sunardi Munari

Menapaki perjalanan kehidupan hingga hari ini saat Ramadhan menghampiri, pasti kita semua memiliki pengalaman hidup. Tentu pengalaman yang berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Pahit dan getir, susah dan senang, kesedihan dan kegembiraan, adalah pernik-pernik kehidupan yang menghiasi perjalanan ini. Kita mungkin masih ingat tragedy yang memilukan, hingga hati terasa tercabik-cabik dan seakan tak berguna lagi hidup. Namun semua itu tentu ada hikmah yang bisa kita petik.

Ramadhan saatnya kita merenung dan menengok ke dalam diri sendiri. Mungkin ada yang salah dalam cara menapaki perjalanan hidup, hingga hati terus gelisah dan tak bisa tenang.

Ramadhan saatnya me-reset ulang segalanya. Me-reset orientasi hidup untuk selalu fokus pada akhirat, karena dunia bukan tempat kita tinggal melainkan tempat kita meninggal. Dunia adalah permainan dan senda gurau belaka. Allah Ta’ala berfirman :

وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ ۗوَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

“Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?” (QS al-An’am ayat 32)

Syaikh Jâbir Abu Bakar al-Jazâiriy -Rahimahullah Ta’ala- menjelaskan arti kata لَعِبٌ (permainan) adalah apa saja yang tidak mendatangkan kebaikan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Sedangkan kata َلَهْوٌ (senda gurau) artinya apa saja yang menyibukkan manusia dari apa yang seharusnya ia pentingkan agar mendapat kebaikan dan tertolak dari kejelekan.

Ramadhan saatnya me-reset cara kita beramal shaleh. Kita amalkan amal-amal yang disukai Allah. Dan amal-amal yang disukai Allah adalah hati yang luluh, tunduk, pasrah dan merasa membutuhkan Allah. Itulah mengapa Allah senang dengan orang yang bertaubat kembali padaNya. Karena orang bertaubat hatinya luluh, mengiba dan sangat ingin kembali pada Allah setelah ia melakukan perbuatan dosa. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

“Demi Dzat yang diriku berada ditanganNya, jika kalian tidak berbuat dosa Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa, lalu mereka pun minta ampun kepada Allah, Allah pun ampuni dosa mereka.” (HR. Imam Muslim 2.749)

Ramadhan saatnya me-reset ulang harta kita, me-reset cara mencarinya, dan cara membelanjakannya, karena harta adalah sebaik-baiknya penolong dalam menegakkan ad Diin.

Adalah Imam Ahmad bin Hanbal beliau selama hampir tujuh puluh tahun hanya makan roti dan kurma, namun hidupnya bermanfaat untuk agamanya. Sebaliknya Khalifah Ma’mun dan Al-Mu’tashim selama hampir empat puluh enam tahun kenyang dengan berbagai makanan yang lezat, namun itu tak mendatangkan manfaat bagi mereka dan tidak menunda ajal mereka.

Masih banyak lagi yang perlu kita reset ulang dalam kehidupan kita. Jika kita tidak me-reset ulang aspek-aspek dalam kehidupan kita, dikhawatirkan kita terkena penyakit “Ghoflah” [ lalai ]. Sehingga menjadi orang yang berhati keras, tidak mau menerima kritik dan saran, memiliki sikap sombong, menganggap remeh nikmat yang telah Allah berikan kepada kita dan tidak mau mensyukurinya.

Maka kembalilah kepada hati nurani dan sadarlah bahwa perjalanan masih panjang namun bekal kita masih sedikit. Yuk kita me-reset ulang.[]

Wallahu’alam bis showwab

Open chat
Silakan hubungi kami